Tuesday 9 December 2014

Tersenyum pada rumah kedua; C-38 I miss you so ;)

Wah... Sudah terasa lama; seakan waktu itu sangatlah singkat. Dahulu kita hanya mengorek secuil cerita, menciptakan, merasakan dan mengakhirinya dengan memori terindah bahkan itu adalah teramat sangat.

Kita bahagia kala itu. Ada konflik dalam pertemanan, ada kisah, ada beribu potret ceria kebersamaan. Hai sahabat... Kini aku bercerita tentang rumah kedua. Dan benar, itu adalah rumah dimana kita adalah sebuah keluarga.

Kita tumbuh sebagai seorang remaja, bertindak mandiri dalam kedewasaan dan kita selalu membagi suka duka dalam porsi bernama persahabatan.

Aku ingat beberapa kejadian kala itu. Flashback sebagai cerita pengalaman pribadiku. Segalanya berharga, segalanya disusun ketat mengiringi barisan hidupku.
Selasa, 27 Juli 2004. Hari pertama aku disini, di rumah keduaku. Ada sambutan hangat dan kita mulai bercengkrama. Saling bersapa ria dan berkisah. Keluarga kedua yang teramat dekat; Dari tertua hingga kami termuda dan kini hingga mereka lainnya yang paling belia. Ada Ko Ui kiang, Rusli, Said, Aries, In-in, Novi, Ing Hau, Linda, Ci Cia Yin, Kk middle (I'm sorry forget ur really name... Hehe), Ci Juli, Desi, Ko Rudy, Fenny, Ellie, Ci ika, Acen, Tina, Jupe, Wanda, Purnomo, Elysa, July Henny dan beberapa lainnya. Dari sekian banyak, masing-masing punya kisah.

Generasi pertama. Kita punya cerita tentang bagaimana hidup sebgai anak kost. Kita pernah dikenakan konfrensi sidang meja petak... Hehe Ingatkah hari itu? Semua orang pun terjaga, jam 11 malam tepatnya. Ibarat presiden akan memberikan pidato kenegaraannya. Ada Ibu kost, Ada Bapak kost... Mereka terlihat sangar. Takut.... Disana berkeluh kesah tentang bagaimana keadaan kost. Mengeluarkan uneg-uneg sementara.

Sudah tak jelas ingatan tentang mengapa sampai terjadi hal itu. Jika tidak salah menerka itu pada saat jaman penjajahan Yuli... Remember! Kodok novi di buang... Arrggghhh tidak! Novi marah. Pikiranny kesal. Bagaimana tidak; pemberian sang pujian hati lenyap sesaat :p

Hari-hari tertentu akan terasa sangat sepi. Bukan karena kita bermusuhan. Namun, satu per satu memilih kembali ke kampung halaman karena liburan. Kita berlibur sesaat dan mencari suasana baru. Bukan hanya kita saling mengenal dan bertegur sapa, keluarga kita juga demikian halnya. Orang tua diantara kita adalah ibarat orang tua sendiri, terasa akrab. Libur usai dengan segudang makanan dan saat itu... Kita panen!!! Panen makanan!!!

Kita pernah mengadakan perjalanan bersama, bermain bersama, bbq bersama. Saat-saat dimana yang bakal tidak pernah terlupa. Orang-orang akan melihat itu tempat biasa. Kita tak pernah perduli karena yang kita cari adalah kebersamaan.

Generasi pertama berlanjut hingga ke generasi-generasi berikutnya... Cerita itu tak pernah berakhir. Kita pernah mengadakan serangkaian acara, makan bersama atau acara yg dianggap sederhana sekalipun. Kita mungkin tidak menyadari hal itu ketika bersama dalam satu waktu; kita akan rindu jika berdiri dalam perbedaan ruang lingkup yang jauh.

Masih ingatkah akan perjalanan dimana kita saling bercerita hingga pagi. Ada sekelumit cerita lucu, sedih yang pada akhirnya membuat kita semua menangis. Tak jelas mengapa itu bisa terjadi... Itulah suatu kebersamaan yang erat. Tidak akan ada harga yang mampu membayar segala itu.

Hai sobat... Memang benar kata pribahasa itu. Teman... Teman itu mudah dicari sejauh manapun itu. Namun sahabat adalah seseorang yang berprilaku tentang sesuatu tersulit hingga akhirnya menjadi konkrit untuk memulai memori indah.

Memori itu terngiang jelas. Tidak mudah lupa untuk kebaikan-kebaikan sahabat. Sebuah catatan singkat yang tertulis sebagai diari yang mengisi rasa rindu.

Kita masing-masing pribadi punya kepribadian yang beda. Punya memori yang berbeda. Aku punya sekelumit catatan dan mari kini bercerita sahabat.

*****

No comments:

Post a Comment