Sunday 31 May 2015

Secuil Goresan Waisak 2015 (31 May 2015)

"Malam suci sunyi bulan Purnama Sidhi
Pada satu hari waktu bulan Waisak Purnama
Sang Gotama Muni di bawah pohon Bodhi
Duduk bersamadhi melaksanakan mawas diri
Tercapailah Samyak nyata pengetahuan sempurna
Parinibbhana buahnya leburlah avidiya”

Lirik alunan lagu yang menggema setiap tahunnya; bahkan telah mendarah daging. Bagaimana tidak? Lagu ciptaan Bhikkhu Girirakkhito ini hampir terdengar di setiap waisaka puja di vihara-vihara. Bahkan secara pribadi; alunan ini sudah melekat dari zaman sekolah dasar dan menjadi bagian koor musikal di sekolah kami.

Seringkali bulan Mei diidentikkan dengan Waisaka Puja. Namun berbeda untuk tahun ini; Perayaan Tri Suci Waisak 2559 B.E. jatuh pada tanggal 2 Juni 2015. Sebagai Perwakilan Umat Buddha Indonesia, Walubi telah mengkumandangkan detik-detik waisak pada pukul 23.18.43 WIB dengan tema “Kembangkan Benih Kebuddhaan dalam diri masing-masing”. Pada Tahun ini juga, Walubi mengambil sub tema “Sucikan Pikiran Manusia Agar Dunia dan Alam menjadi Harmonis”; sebuah Gema Waisak berharga untuk pembenahan ke arah kehidupan yang lebih baik.
 
Waisak bukan hanya sekedar perayaan tetapi lebih kepada penghayatan akan sebuah momentum. Tri Suci Waisak merupakan sebuah peringatan akan 3 (tiga) peristiwa agung pada kehidupan guru junjungan kita; diantaranya :
1.      Kelahiran Pangeran Siddharta, putera suku Sakya dari Raja Suddhodana dan Ratu Mahamaya pada 623 S.M.di Taman Lumbini, distrik Kapilavastu - Nepal;
2.      Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Sempurna pada usia 35 tahun (588 S.M.) di bawah pohon Bodhi di Buddha-Gaya, sekarang bernama Bodh Gaya di distrik Gaya – Bihar – India;
3.      Sang Buddha Gotama mangkat dan Maha Parinibbhana pada usia 80 tahun (543 S.M.) di Kusinara yang merupakan ibukota kerajaan kuno, Malla.
Waisak akan menjadi sebuah kilas balik dan perenungan tentang bagaimana perjuangan hidup seorang putera kerajaan Sakya yang rela meninggalkan segala kenikmatan duniawi demi menemukan jalan pembebasan bagi semua makhluk dari segala bentuk penderitaan. Dhamma ajaran Beliau yang sempurna adalah sebuah teladan, pedoman hidup yang harus dijalani dalam proses pengembangan diri kita.

“Sabbapapassa akaranam
Kusalassa Upasampada
Sacittapariyodapanam
Etam buddhana sasanam”

“Janganlah berbuat kejahatan,
Perbanyaklah kebajikan,
Sucikan hati dan pikiran,
Inilah ajaran para Buddha”

Seakan terdengar sederhana ketika Ovada patimokkha berseru di hari Magha Puja. Namun, kata-kata dari syair bait tersebut diatas butuh sebuah pelaksanaan yang konkrit dan nyata hingga segala daya upaya yang beliau perjuangkan tak lagi terlihat sia-sia. Inti ajaran Agama Buddha memiliki keterikatan yang erat, butuh sebuah pemahaman dan tekad. Dengan memahami konsep Agama Buddha; Anicca (ketidak-kekalan), Dukkha (Penderitaan), Anatta (Tanpa Inti); akan menjadi sebuah latihan dalam melihat kebijaksanaan, yang pada akhirnya mendukung pengembangan Metta (Cinta Kasih) di antara sesama, membangkitkan kewelas-asihan dan penyadaran bahwa kita semua hidup adalah sebagai sebuah keluarga.



*** Appamadena Sampadetha ***