Tuesday 9 December 2014

Dream Will Come True on My Way

Sungguh tegang! Menegangkan, aku takut! Serius dan bla… bla… bla… Segalanya bercampur dalam benakku. Impian yang terbentur dan melekat cukup lama dalam diriku. Bisa jadi inilah yang kusebut dengan keinginan terpendam.

10 (sepuluh) tahun lalu, gurat mata ini linglung, bingung tak menentu. Harus menentukan sebuah pilihan untuk perjalanan hari esok yang masih mengambang. Menapaki jelajah diantara kerumunan orang berbeda bangsa. Aku tak terkontaminasi oleh gengsi terlebih untuk bekarya dan hidup lebih mandiri.

Namun seiring waktu, segalanya menjadi semu. Ketidakberdayaan karena sebuah rasa hingga belum ada cahaya yang menggandengku untuk menggapainya. Aku diam dan tak bergumam, hanya berharap waktu berbisik padaku.

Sekitaran 7 (tujuh) tahun lalu, kembali harapan akan impian tersebut terngiang dalam memoriku. Seakan tak pernah jauh, seolah ada sebuah bagiku. Berbekal sponsor dan segala dokumen kulengkapi sebagai pendukung. Dengan penuh harap aku menunggu sembari berdoa “biarlah terwujud untuk sekali ini”.

Seminggu berlalu, sebuah telepon menepis jauh impian itu, penolakan kembali kuterima sebagai jawaban. Seakan bulir air mata ini akan jauh di pelupuk pipi. “Ya sudahlah!” Aku hanya bisa pasrah; mungkin Yang Kuasa belum mengizinkanku. Kuterima segalanya walau aku tak mampu membohongi pikiran dan perasaanku yang kacau.

Aku jelas tak mengerti sepenuhnya mengapa hasrat untuk melangkah ke Negara itu tak pernah sirna dan tak pernah terpikir olehku akan Negara lain, tarikan magnet yang begitu kuat bagiku. Fiuh… aku lelah namun tak ingin melepas.

Segala cara kutempuh dan kegagalan kuperoleh. Dengan hasil ini, aku menjadi lebih kuat untuk menghadapi. Aku pernah menolak untuk berpikir lagi.

17 May 2014, aku punya perencanaan lain. Dengan modal keberanian yang tinggi dan seakan aku dibutakan oleh naruni ini, aku membuatnya seolah nyata. Aku merealisasikannya melalui tiket dengan pembelian online. Aku tak sempat lagi untuk berpikir dua kali bagaimana bila kegagalan itu menghampiri. Benar-benar nekad teman!

1 September 2014, tepat satu setengah bulan sebelum keberangkatan, Visa itu harus kuajukan. Inilah pekan-pekan kecemasan menghampiri hari-hariku. Bolak balik laman blogspot kutuju; sekedar mencari informasi lama proses visa itu disetujui. Ya beragam cerita yang kini seakan mengacauku. Aku seolah terjun ke dalam kisruh cerita mereka. Bahkan kalender kerjaku penuh coretan hitungan hari dengan pengharapan.

Minggu pertama berakhir, minggu kedua juga sudah hampir selesai. Tak ada jawaban yang kuterima dari penantianku ini. Bahkan aku sering mencari tahu kepada travel agent yang mengurus visaku kali ini. “bisa-bisa aku dimaki” pikirku J Bagaimana tidak, hampir setiap hari aku meminta respon perkembangan dan tanggapan. Hingga minggu ketiga, harapan itu mulai kembali pupus. Aku mulai tak lagi banyak berharap, seakan terseret oleh kepasrahan. Dilemma! Itu status dalam pesan singkatku.

Tepat 18 September 2014, Pihak kedutaan menghubungiku, mengklarifikasi objektivitas dokumenku secara keseluruhan. Akhir pembicaraan dengan pihak kedutaan semakin membuatku tak berdaya saat mereka menekankan pertanyaan yang bagiku saat itu sangatlah mengambang. Aku takut itu bukan jawaban tepat bagi mereka. Tapi… Ya sudahlah! Jika saatnya tiba, segalanya adalah perencanaan Tuhan, pikirku.

19 September 2014; satu hari setelahnya, mata ini terlihat kosong. Beep… beep… beep… terlebih saat pesan singkat muncul menjadi bagian percakapan dengan sahabatku. Damn! Seolah tak ingin kubaca lagi kalimat selanjutnya dari pesan itu. Penekanan kalimat yang membuatku terasa tak ingin lagi melanjutkan aktivitasku di hari ini.

Aku mencari tahu alasan dari kalimat-kalimat yang bernada penolakan yang disampaikan oleh Ibu kost ku dulu. Ya! Belum sempat kuperkenalkan sebelumnya, ibu kost ku sendirilah yang kupercayakan mengurus segala visa berkenaan dengan keberangkatanku kali ini. Berjam-jam perasaan ini ingin memendam, ingin kulihat langsung alasan penolakan visaku kali ini dan aku benci harus menunggu lagi! Aku tak boleh lepas dari tanggung jawabku sebagai seorang karyawan. Kuakui saat ini aku tak lagi konsen dengan pekerjaanku. Opsssss… semoga aku tidak dipecat karena ini! L

19 September 2014 pukul 17.00 WIB, aku tak lagi memperdulikan apa-apa. Aku segera meluncur ke kediaman ibu kost ku dengan sebuah ruko yang pernah kutempati selama 7 tahun lamanya. What the hell! Sudah tutup… tidakkkk!!!! Aku berharap ibu kost ku masih akan membukakan pintu buatku.

Saat ia memberikan passport buatku, tidak tertera visa dengan kangguru yang saling berhadapan. Dan seketika itu, ia menyodorkan sebuah surat terpisah. Ingatanku kembali pada 7 (tujuh) tahun lalu saat penolakan visa itu kuperoleh, dalam sebuah suratlah segalanya terjabarkan.

Perlahan aku memberanikan diri untuk membuka lipatan surat tersebut ternyata… Yuhuiiiiii…Yeahhhhh…Ausie…Ausie…Ausie… Thanks God! Granted! Bukan kepalang bahagianya aku dan tak hentinya mengucap syukur. Penantian 10 (sepuluh) tahun dan penolakan visa yang pernah kuterima segalanya terbayar hari ini. Meskipun sebatas single entry, ini tetaplah karunia bagiku. Aku yakin dan percaya, rencana-Nya adalah lebih indah; saat Ia berkata Ya, kamu akan berlibur dengan kesan yang tak terlupa. Dan ini akan menjadi kado terindah di ulang tahunku tahun ini. “I conquered failures with patience until everything becomes a blessing, and then I do!” J

(End of September 2014)

No comments:

Post a Comment