23 June 2017, udara dingin dikisaran 15 derajat celcius, dengan secangkir hot chocolate menemaniku pagi ini. Ini adalah hari kedua aku menginjakkan kaki di salah satu wilayah bagian barat Australia, Perth! Bermodal visa subclass 462; kali ini aku datang tidak sebagai warrior yang akan berburu pekerjaan atau sekedar liburan mengexplore kota yang konon katanya ditemukan oleh Captain James Stirling di tahun 1829 ini. Belajar dharma dan latihan sila adalah tujuan. Semoga karma baik mendukung setiap langkah dalam perjalananku kali ini.
Let’s started! Kali ini perjalananku akan terasa sungguh menarik
biarpun sedikit kecewa karena kesempatanku untuk ber-kalyanamitta
berkurang; kekurangan personil sungguh bukan yang kami harapkan. Tapi apa daya…
embassy sungguh tak bersahabat dengan beberapa diantara kami. Perjalanan ini
akan menjadi sebuah eksplorasi yang luar biasa. Bagaimana tidak… It’s gonna be
my first trip with no one I know before. But... I’ll make sure, aku akan pulang
dengan segudang experiences, ber-kalyanamitta dengan mereka yang super dalam
membangun kualitas diri dan semoga demikian adanya.
Hmm… back to my first day dan aku harus bangun di pagi buta.
Hoam… berasa seperti akan ikutan sahur dengan teman-teman kost yang akan
menunaikan ibadah puasa. “Angel… You have to be around me, please!”. Dan seolah
ia mendengar ucapanku. Aku mendengar peri kecil membisikkan suara agar aku
segera beranjak dari tempat tidurku atau aku bakal telat. Alarm... ku!!! Dan
No!!! Aku bergegas membereskan segala sesuatu yang ada di dalam kamar berukuran
kecil itu agar segalanya terlihat apik pada saat aku pulang nanti, hanya
debu-debu yang akan kubiarkan menempel; sebenarnya sich kagak ada surat izin
untuk hal itu tapi ya sudahlah karena aku tahu dan sadar kalau itu sudah pasti
akan terjadi, saat ruangan kosong tak berpenghuni.
You know what I feel right now? Gado-gado. A lil bit excited
but… afraid, Yeap, I’m afraid. Karena ini benar-benar pengalaman yang serba
pertama. Almost everything is going to be my very first time. Ini pertama
kalinya aku pergi-pergi tanpa ada yang aku kenal, ini pertama kalinya aku
bakalan ikutan retreat selama 9 hari (cukup lama), ini pertama kalinya aku
menginjakkan kakiku di Bali (meskipun sebatas nongkrong cantik beberapa jam
gegara transit). But... even ini cuma nongkrong sesaat, at least aku sudah
merasakan beberapa makanan Bali, Sate Babi Bawah Pohon yang lumayan rame, buat
makan saja mesti ngantri dan PorkStar dengan ribs nya yang maknyus. Murah sich
untuk porsi yang lumayan gede... Mungkin karena rombongan kita itu Pork lover
so everything we ate is about pork. Waktu transit ini juga aku sempatkan untuk
mengunjungi salah satu landmark Bali, Kuta Beach. Cukup dech ya karena aku
tidak sedang travelling ke kota Bali. Ini cuma iklan yang numpang lewat.
Then what I want to talk is… It’s my very first time to say hello to the PERTH!. But… it will be my last time for Australia visit dengan visa WHV ku yang akan berakhir di September 2017 nanti. Sedikit kecewa karena perjuangan menjadi warrior harus berhenti sampai disini, sedih saat aku harus melihat teman-teman warrior melanjutkan 2nd year mereka sementara aku terduduk karena usiaku yang juga sudah tidak memenuhi syarat lagi dan beberapa alasan lainnya. Cuma aku yakin pasti ada rencana yang lebih baik. Buktinya selama dua minggu kemarin aku diberikan sebuah kesempatan untuk bertemu kalyanamitta yang luar biasa. Mungkin kusala karma sedang berpihak padaku dan semoga kedepannya demikian indahnya. Aku belajar sebuah totalitas semangat kebersamaan dari mereka, para Kalyanamitta Siripada. Kekeluargaan mereka yang solid, saling merangkul dan berjalan bersama.
Then what I want to talk is… It’s my very first time to say hello to the PERTH!. But… it will be my last time for Australia visit dengan visa WHV ku yang akan berakhir di September 2017 nanti. Sedikit kecewa karena perjuangan menjadi warrior harus berhenti sampai disini, sedih saat aku harus melihat teman-teman warrior melanjutkan 2nd year mereka sementara aku terduduk karena usiaku yang juga sudah tidak memenuhi syarat lagi dan beberapa alasan lainnya. Cuma aku yakin pasti ada rencana yang lebih baik. Buktinya selama dua minggu kemarin aku diberikan sebuah kesempatan untuk bertemu kalyanamitta yang luar biasa. Mungkin kusala karma sedang berpihak padaku dan semoga kedepannya demikian indahnya. Aku belajar sebuah totalitas semangat kebersamaan dari mereka, para Kalyanamitta Siripada. Kekeluargaan mereka yang solid, saling merangkul dan berjalan bersama.
Hari kedua ini jadwal sudah tersusun, mengunjungi beberapa
tempat ikonik kota Perth; tidak terlalu jauh karena harus mengejar keterbatasan
waktu. At least kita tuch masih sempat city tour, ngaso dulu sembari ngeliat
yang namanya Bell Tower, ngunjungin Elizabeth Quay, Kings Park and Botanical
Garden dan bermain di Caversham Wildlife Park.
Yang tidak kala penting adalah SELFIES!!! Menikmati santapan malam di The Old Fig Tree Restaurant, “The place where friends and good food come together” dan itu cuocok banget! Gaya restoran yang klasik dan nyaman. Karena kapasitas jumlah orang kita yang lumayan ribet kalau mesti 1 piring sharing berbelasan orang, akhirnya kita ada beberapa kelompok jadinya. Kita ngorder and pay bill by our own. Kebetulan disini aku ketemu dengan beberapa MoM yang kocak habis, ada MoM Janto, MoM Hendy, MoM Yuli, MoM Citra dan saya sendiri. Ini list order kita buat berlima: Marsala Pork Fillet Medallions, Chili & Lime Duck Stir-Fry, Port & Star Anise Ox Cheeks and the last The Old Fig Tree’s Scotch Fillet. Ditempat ini kita banyak belajar; dari secuil nasi yang manakala harus kita bagi berlima. Can you imagine that? Super ngakak. Even punya duit juga gak bakal kebeli yang namanya nasi disini, Cuma bisa diserve sama French fries-nya. Dan ternyata… hidup di Indo itu jauh lebih enak ya MoM Janto? (salam damai) MoM Janto sampai relain tuch prawnnya buat dikasih ke teman-teman lain untuk diganti nasi. Ha ha ha Overall, Excellent!
Yang tidak kala penting adalah SELFIES!!! Menikmati santapan malam di The Old Fig Tree Restaurant, “The place where friends and good food come together” dan itu cuocok banget! Gaya restoran yang klasik dan nyaman. Karena kapasitas jumlah orang kita yang lumayan ribet kalau mesti 1 piring sharing berbelasan orang, akhirnya kita ada beberapa kelompok jadinya. Kita ngorder and pay bill by our own. Kebetulan disini aku ketemu dengan beberapa MoM yang kocak habis, ada MoM Janto, MoM Hendy, MoM Yuli, MoM Citra dan saya sendiri. Ini list order kita buat berlima: Marsala Pork Fillet Medallions, Chili & Lime Duck Stir-Fry, Port & Star Anise Ox Cheeks and the last The Old Fig Tree’s Scotch Fillet. Ditempat ini kita banyak belajar; dari secuil nasi yang manakala harus kita bagi berlima. Can you imagine that? Super ngakak. Even punya duit juga gak bakal kebeli yang namanya nasi disini, Cuma bisa diserve sama French fries-nya. Dan ternyata… hidup di Indo itu jauh lebih enak ya MoM Janto? (salam damai) MoM Janto sampai relain tuch prawnnya buat dikasih ke teman-teman lain untuk diganti nasi. Ha ha ha Overall, Excellent!
Sebenarnya aku tidak cukup mengerti untuk perjalananku kali ini.
Terlalu banyak up and down hingga aku bisa sampai di tempat ini, Perth! Dan
sebentar lagi untuk beberapa jam kedepan, aku akan benar-benar tiba di tempat
yang telah menjadi tujuanku beberapa tahun lalu, Jhana Grove, Serpentine.
Sebuah kota yang berada 55 km di sebelah tenggara kota Perth. Wohooo!!!
Kami benar-benar menempuh perjalanan yang lumayan jauh dari Indonesia.
Lelah…??? Not really!
And… Jreng Jreng… you know what I feel right now? It’s such a
wonderful place that I have ever visited! So peaceful!!! And It’s Heaven, Jhana
Grove! Berasa ada suatu aura yang berbeda di tempat ini. I don’t know why but
it’s so real, smiley piercing inside me. Dan ini retreat tidak seseram yang aku
bayangkan sebelum nginjakin kaki di tempat ini, bahkan lebih comfort. Aku
merasa jauh lebih enjoy, lebih relax karena tidak ada keterikatan, tidak ada
keharusan sama schedulenya yang sudah ada; Meditate, Chanting, Talk and so on.
Tapi aku ingat… MoM Teki pernah bilang yang harus itu hanya ada 2 dalam retreat ini, harus Makan dan harus pulang. Ha ha ha
Tapi aku ingat… MoM Teki pernah bilang yang harus itu hanya ada 2 dalam retreat ini, harus Makan dan harus pulang. Ha ha ha
Okay… Setelah pembagian kamar cottage dan penyampaian
beberapa info penting; kemudian kami menarik koper menuju kamar masing-masing.
Time to REST! Ingat sama pesan WA dari MoM Tasfan, REST – Read little, Eat
Little, Sleep Little, Talk little J Di cottage ini aku juga beruntung banget,
ketemu para MoM yang welcome, MoM Norlela, MoM Rita dan MoM Lily. Retreat sich
retreat tapi tetap aja kalau ketawa suara kami menggelegar. Oh ya, MoM itu
adalah sejenis panggilan baik itu untuk laki-laki maupun wanita. Kenapa harus
MoM? Menurut cerita dari MoM Teki karena dikehidupan lampau itu kita semua
pasti pernah menjadi seorang ibu dan mungkin pernah menjadi bagian dari
keluarga yang sama. Bahkan mungkin mereka adalah Mama saya di kehidupan lampau.
Dan untuk menghormati sosok ibu, maka setiap orang disapa dengan MoM. Aku jadi
keingat yang pernah diceritain MoM Rita karena panggilan ini (ketawa geli).
24 June 2017 – 2 Juli 2017. Rise with Gusto! Itu kalimat pertama
yang aku lihat ada dalam susunan schedule selama masa Retreat setiap harinya.
Jadwalnya sich jam 4.00 – 4.30 WIB, tapi aku selalu bangun Jam 5.00 WIB. I am
so sorry since this time is my real sleep and think nothing. Aku benar-benar
merasakan kesegaran yang sudah lama hilang dalam hidupku dan sekarang ia
kembali. It’s my real happiness. Disini aku juga berada di sekeliling
orang-orang yang penuh metta, penuh canda dan tawa, positive vibes yang
benar-benar berasa. Kita bahkan bisa tertawa lepas sampai lupa akan retreat
sebenarnya. Noble silence kadang kala benar-benar lenyap terlupakan. Tapi
tujuan utama Meditasi, Chanting dan Dhamma Talk selalu tidak terlewat kecuali
di pagi buta.
Aku sungguh banyak belajar di tempat ini; Letting Go, Be kind,
Be compassion, Be Mindful!. Sesuatu yang mudah untuk terucap tetapi susah dalam
pelaksanaannya. Mengatasi kemarahan, kemelekatan??? Argghhh… I am not really
sure but will try.
Aku tidak pernah ngebayangin ada tempat yang se-nyaman ini, It’s
a real wonderful! Even dalam forest sekalipun, meditate atau berjalan sendiri
gak memberikan rasa takut. Benar-benar lepas. Everything you get from here is
priceless. Terus ada danau yang indah, tempat yang aku rasa mampu memberikan
kenyamanan, ketenangan dan mampu mengembalikan spirit-spirit yang sempat
terkubur oleh rasa lelah. Ada Bodhinyana Monastery yang memberikan aura
spiritual yang luar biasa. Disini aku belajar tentang usaha melepas ego,
tingkat ke-aku-an yang tinggi yang ada dalam pribadiku sendiri. Belajar dari
beberapa cerita Ajahn yang mengena langsung dalam kehidupanku sehari-hari.
Beberapa cerita Ajahn yang masih terngiang adalah tentang Anger Eating Demon
(Monster pemakan amarah) yang merupakan satu seni dalam mengembangkan cinta
kasih. Bagaimana mencintai orang lain yang harus dimulai dari mencintai diri
kita sendiri. Ya, a lil bit simple but hard to do! Perlu adanya peacometer
disini. Kemudian aku belajar bagaimana menghargai dan bersahabat dengan diriku
saat ini, yang lebih tepatnya “how to dwell with your present moment”; Hanya
cukup dengan 3 pertanyaan simple; “When is the most important time?”, “Who is
the most important person?”, “What is the most important thing to do?”. Apa
yang aku dapati adalah segala hal yang bermain dengan pola pikiran yang
berujung memberikan rasa tenang dan kebahagiaan.
Meditasi juga tidak hanya sekedar duduk, kaki bersila dan memejamkan mata. Meditate is more than that, banyak cara dan yang terpenting adalah menyadarinya, sadari apa yang sedang dilakukan, sadari apa yang sedang terjadi. Be mindful!
Meditasi juga tidak hanya sekedar duduk, kaki bersila dan memejamkan mata. Meditate is more than that, banyak cara dan yang terpenting adalah menyadarinya, sadari apa yang sedang dilakukan, sadari apa yang sedang terjadi. Be mindful!
Yang bakal buat aku kangen akan tempat ini??? Hmm… may be one of
the thing adalah makanannya juga kali ya. Secara dessertnya yang crunchy, yummy
and smelling good. We have real breakfast and lunch time. Even setiap pagi itu
bubur selama 9 (Sembilan) hari, I never get bored. Can you imagine??? Bahkan,
saat ini masih kepikir wanginya tuch bubur. Kalau suruh milih diantara sandwich
dan bubur, I will choose that porridge. Chef-nya amazing! Lidah kami masih
keburu dimanjakan dengan pizza menjelang di hari terakhir retreat, terima kasih
MoM Haris. Itu gak akan terlupa.
9 (Sembilan) hari masa retreat terasa sangat singkat. Terlalu
banyak pengalaman yang gak bisa terungkap dan hanya bisa dirasakan. I really
got everything, jauh dari yang aku pikirkan. Aku punya teman-teman baru, punya
om-tante yang super care dan inilah kesempatan luar biasa yang aku terima tahun
ini, Terima kasih Om dan Tante Hun, Terima kasih Om Lasmono dan Tante Mega,
Terima kasih teman-teman semua. Semoga karma baik mengkondisikanku untuk
mengunjungi tempat ini lagi, ulang dan berulang kali, the most quiet place that
send me peace and freedom, joy of happiness seperti kata Ajahn. Really amazing!
Hari ini… 2 Juli 2017, Jakarta menyambut kembali kami dengan hingar bingarnya.
I will reach you with my hand.
No comments:
Post a Comment