Friday 15 September 2017

Journey of Happiness (Jhana Grove, Serpentine, Perth, 22 June - 2 July 2017)



23 June 2017, udara dingin dikisaran 15 derajat celcius, dengan secangkir hot chocolate menemaniku pagi ini. Ini adalah hari kedua aku menginjakkan kaki di salah satu wilayah bagian barat Australia, Perth! Bermodal visa subclass 462; kali ini aku datang tidak sebagai warrior yang akan berburu pekerjaan atau sekedar liburan mengexplore kota yang konon katanya ditemukan oleh Captain James Stirling di tahun 1829 ini. Belajar dharma dan latihan sila adalah tujuan. Semoga karma baik mendukung setiap langkah dalam perjalananku kali ini.


Let’s started! Kali ini perjalananku akan terasa sungguh menarik biarpun sedikit kecewa karena  kesempatanku untuk ber-kalyanamitta berkurang; kekurangan personil sungguh bukan yang kami harapkan. Tapi apa daya… embassy sungguh tak bersahabat dengan beberapa diantara kami. Perjalanan ini akan menjadi sebuah eksplorasi yang luar biasa. Bagaimana tidak… It’s gonna be my first trip with no one I know before. But... I’ll make sure, aku akan pulang dengan segudang experiences, ber-kalyanamitta dengan mereka yang super dalam membangun kualitas diri dan semoga demikian adanya.


Hmm… back to my first day dan aku harus bangun di pagi buta. Hoam… berasa seperti akan ikutan sahur dengan teman-teman kost yang akan menunaikan ibadah puasa. “Angel… You have to be around me, please!”. Dan seolah ia mendengar ucapanku. Aku mendengar peri kecil membisikkan suara agar aku segera beranjak dari tempat tidurku atau aku bakal telat. Alarm... ku!!! Dan No!!! Aku bergegas membereskan segala sesuatu yang ada di dalam kamar berukuran kecil itu agar segalanya terlihat apik pada saat aku pulang nanti, hanya debu-debu yang akan kubiarkan menempel; sebenarnya sich kagak ada surat izin untuk hal itu tapi ya sudahlah karena aku tahu dan sadar kalau itu sudah pasti akan terjadi, saat ruangan kosong tak berpenghuni. 


You know what I feel right now? Gado-gado. A lil bit excited but… afraid, Yeap, I’m afraid. Karena ini benar-benar pengalaman yang serba pertama. Almost everything is going to be my very first time. Ini pertama kalinya aku pergi-pergi tanpa ada yang aku kenal, ini pertama kalinya aku bakalan ikutan retreat selama 9 hari (cukup lama), ini pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di Bali (meskipun sebatas nongkrong cantik beberapa jam gegara transit). But... even ini cuma nongkrong sesaat, at least aku sudah merasakan beberapa makanan Bali, Sate Babi Bawah Pohon yang lumayan rame, buat makan saja mesti ngantri dan PorkStar dengan ribs nya yang maknyus. Murah sich untuk porsi yang lumayan gede... Mungkin karena rombongan kita itu Pork lover so everything we ate is about pork. Waktu transit ini juga aku sempatkan untuk mengunjungi salah satu landmark Bali, Kuta Beach. Cukup dech ya karena aku tidak sedang travelling ke kota Bali. Ini cuma iklan yang numpang lewat.
Then what I want to talk is… It’s my very first time to say hello to the PERTH!. But… it will be my last time for Australia visit dengan visa WHV ku yang akan berakhir di September 2017 nanti. Sedikit kecewa karena perjuangan menjadi warrior harus berhenti sampai disini, sedih saat aku harus melihat teman-teman warrior melanjutkan 2nd year mereka sementara aku terduduk karena usiaku yang juga sudah tidak memenuhi syarat lagi dan beberapa alasan lainnya. Cuma aku yakin pasti ada rencana yang lebih baik. Buktinya selama dua minggu kemarin aku diberikan sebuah kesempatan untuk bertemu kalyanamitta yang luar biasa. Mungkin kusala karma sedang berpihak padaku dan semoga kedepannya demikian indahnya. Aku belajar sebuah totalitas semangat kebersamaan dari mereka, para Kalyanamitta Siripada. Kekeluargaan mereka yang solid, saling merangkul dan berjalan bersama.


Malam kota Perth yang sepi membuatku tidak terlalu banyak untuk melakukan explorasi, even itu hanya sebatas city. Kami dari team Fantastic 6 (six) landing di Perth International Airport pukul 6.15 sore dengan cuaca 14 derajat celcius. A lil bit windy with showers. Setibanya di Novotel Langley yang berada di persimpangan Adelaide st.; kami berjalan menelusuri ruas setapak ditemani angin yang lumayan kencang dan akhirnya kami sampai pada satu restoran korea, Palsaik Namoo Korean Barbeque. Kali ini kami menjadi Fantastic 4 (four) karena MoM Sugi dan MoM Rere harus berbalik arah. Yeap still ok lah, surga benar! We can taste any kind of pork di hari pertama sebelum retreat dimulai. La la la la la And let see the next day! 



Hari kedua ini jadwal sudah tersusun, mengunjungi beberapa tempat ikonik kota Perth; tidak terlalu jauh karena harus mengejar keterbatasan waktu. At least kita tuch masih sempat city tour, ngaso dulu sembari ngeliat yang namanya Bell Tower, ngunjungin Elizabeth Quay, Kings Park and Botanical Garden dan bermain di Caversham Wildlife Park.
Yang tidak kala penting adalah SELFIES!!! Menikmati santapan malam di The Old Fig Tree Restaurant, “The place where friends and good food come together” dan itu cuocok banget! Gaya restoran yang klasik dan nyaman. Karena kapasitas jumlah orang kita yang lumayan ribet kalau mesti 1 piring sharing berbelasan orang, akhirnya kita ada beberapa kelompok jadinya. Kita ngorder and pay bill by our own. Kebetulan disini aku ketemu dengan beberapa MoM yang kocak habis, ada MoM Janto, MoM Hendy, MoM Yuli, MoM Citra dan saya sendiri. Ini list order kita buat berlima: Marsala Pork Fillet Medallions, Chili & Lime Duck Stir-Fry, Port & Star Anise Ox Cheeks and the last The Old Fig Tree’s Scotch Fillet. Ditempat ini kita banyak belajar; dari secuil nasi yang manakala harus kita bagi berlima. Can you imagine that? Super ngakak. Even punya duit juga gak bakal kebeli yang namanya nasi disini, Cuma bisa diserve sama French fries-nya. Dan ternyata… hidup di Indo itu jauh lebih enak ya MoM Janto? (salam damai) MoM Janto sampai relain tuch prawnnya buat dikasih ke teman-teman lain untuk diganti nasi. Ha ha ha Overall, Excellent!



Sebenarnya aku tidak cukup mengerti untuk perjalananku kali ini. Terlalu banyak up and down hingga aku bisa sampai di tempat ini, Perth! Dan sebentar lagi untuk beberapa jam kedepan, aku akan benar-benar tiba di tempat yang telah menjadi tujuanku beberapa tahun lalu, Jhana Grove, Serpentine. Sebuah kota yang  berada 55 km di sebelah tenggara kota Perth. Wohooo!!! Kami benar-benar menempuh perjalanan yang lumayan jauh dari Indonesia. Lelah…??? Not really! 


And… Jreng Jreng… you know what I feel right now? It’s such a wonderful place that I have ever visited! So peaceful!!! And It’s Heaven, Jhana Grove! Berasa ada suatu aura yang berbeda di tempat ini. I don’t know why but it’s so real, smiley piercing inside me. Dan ini retreat tidak seseram yang aku bayangkan sebelum nginjakin kaki di tempat ini, bahkan lebih comfort. Aku merasa jauh lebih enjoy, lebih relax karena tidak ada keterikatan, tidak ada keharusan sama schedulenya yang sudah ada; Meditate, Chanting, Talk and so on.
Tapi aku ingat… MoM Teki pernah bilang yang harus itu hanya ada 2 dalam retreat ini, harus Makan dan harus pulang. Ha ha ha 


Okay…   Setelah pembagian kamar cottage dan penyampaian beberapa info penting; kemudian kami menarik koper menuju kamar masing-masing. Time to REST! Ingat sama pesan WA dari MoM Tasfan, REST – Read little, Eat Little, Sleep Little, Talk little J Di cottage ini aku juga beruntung banget, ketemu para MoM yang welcome, MoM Norlela, MoM Rita dan MoM Lily. Retreat sich retreat tapi tetap aja kalau ketawa suara kami menggelegar. Oh ya, MoM itu adalah sejenis panggilan baik itu untuk laki-laki maupun wanita. Kenapa harus MoM? Menurut cerita dari MoM Teki karena dikehidupan lampau itu kita semua pasti pernah menjadi seorang ibu dan mungkin pernah menjadi bagian dari keluarga yang sama. Bahkan mungkin mereka adalah Mama saya di kehidupan lampau. Dan untuk menghormati sosok ibu, maka setiap orang disapa dengan MoM. Aku jadi keingat yang pernah diceritain MoM Rita karena panggilan ini (ketawa geli).  



24 June 2017 – 2 Juli 2017. Rise with Gusto! Itu kalimat pertama yang aku lihat ada dalam susunan schedule selama masa Retreat setiap harinya. Jadwalnya sich jam 4.00 – 4.30 WIB, tapi aku selalu bangun Jam 5.00 WIB. I am so sorry since this time is my real sleep and think nothing. Aku benar-benar merasakan kesegaran yang sudah lama hilang dalam hidupku dan sekarang ia kembali. It’s my real happiness. Disini aku juga berada di sekeliling orang-orang yang penuh metta, penuh canda dan tawa, positive vibes yang benar-benar berasa. Kita bahkan bisa tertawa lepas sampai lupa akan retreat sebenarnya. Noble silence kadang kala benar-benar lenyap terlupakan. Tapi tujuan utama Meditasi, Chanting dan Dhamma Talk selalu tidak terlewat kecuali di pagi buta. 


Aku sungguh banyak belajar di tempat ini; Letting Go, Be kind, Be compassion, Be Mindful!. Sesuatu yang mudah untuk terucap tetapi susah dalam pelaksanaannya. Mengatasi kemarahan, kemelekatan??? Argghhh… I am not really sure but will try. 


Aku tidak pernah ngebayangin ada tempat yang se-nyaman ini, It’s a real wonderful! Even dalam forest sekalipun, meditate atau berjalan sendiri gak memberikan rasa takut. Benar-benar lepas. Everything you get from here is priceless. Terus ada danau yang indah, tempat yang aku rasa mampu memberikan kenyamanan, ketenangan dan mampu mengembalikan spirit-spirit yang sempat terkubur oleh rasa lelah. Ada Bodhinyana Monastery yang memberikan aura spiritual yang luar biasa. Disini aku belajar tentang usaha melepas ego, tingkat ke-aku-an yang tinggi yang ada dalam pribadiku sendiri. Belajar dari beberapa cerita Ajahn yang mengena langsung dalam kehidupanku sehari-hari. Beberapa cerita Ajahn yang masih terngiang adalah tentang Anger Eating Demon (Monster pemakan amarah) yang merupakan satu seni dalam mengembangkan cinta kasih. Bagaimana mencintai orang lain yang harus dimulai dari mencintai diri kita sendiri. Ya, a lil bit simple but hard to do! Perlu adanya peacometer disini. Kemudian aku belajar bagaimana menghargai dan bersahabat dengan diriku saat ini, yang lebih tepatnya “how to dwell with your present moment”; Hanya cukup dengan 3 pertanyaan simple; “When is the most important time?”, “Who is the most important person?”, “What is the most important thing to do?”. Apa yang aku dapati adalah segala hal yang bermain dengan pola pikiran yang berujung memberikan rasa tenang dan kebahagiaan.
Meditasi juga tidak hanya sekedar duduk, kaki bersila dan memejamkan mata. Meditate is more than that, banyak cara dan yang terpenting adalah menyadarinya, sadari apa yang sedang dilakukan, sadari apa yang sedang terjadi. Be mindful!


Yang bakal buat aku kangen akan tempat ini??? Hmm… may be one of the thing adalah makanannya juga kali ya. Secara dessertnya yang crunchy, yummy and smelling good. We have real breakfast and lunch time. Even setiap pagi itu bubur selama 9 (Sembilan) hari, I never get bored. Can you imagine??? Bahkan, saat ini masih kepikir wanginya tuch bubur. Kalau suruh milih diantara sandwich dan bubur, I will choose that porridge. Chef-nya amazing! Lidah kami masih keburu dimanjakan dengan pizza menjelang di hari terakhir retreat, terima kasih MoM Haris. Itu gak akan terlupa.


9 (Sembilan) hari masa retreat terasa sangat singkat. Terlalu banyak pengalaman yang gak bisa terungkap dan hanya bisa dirasakan. I really got everything, jauh dari yang aku pikirkan. Aku punya teman-teman baru, punya om-tante yang super care dan inilah kesempatan luar biasa yang aku terima tahun ini, Terima kasih Om dan Tante Hun, Terima kasih Om Lasmono dan Tante Mega, Terima kasih teman-teman semua. Semoga karma baik mengkondisikanku untuk mengunjungi tempat ini lagi, ulang dan berulang kali, the most quiet place that send me peace and freedom, joy of happiness seperti kata Ajahn. Really amazing! Hari ini… 2 Juli 2017, Jakarta menyambut kembali kami dengan hingar bingarnya. I will reach you with my hand. 


-“Welcome to the world! This is not heaven!”-




No comments:

Post a Comment