S.Y.D.N.E.Y!!! Aku kangen banget sama negaranya, suasananya,
cuacanya, pantai dan segalanya. Gak terasa kalau hari ini visa aku expired.
Yeap, hari ini! Saat ini! What I have dreamed before been happened in my life,
sekalipun itu cuma hitungan bulan. Unbelievable! Waktu cepat banget berlalu dan
terlalu banyak pengalaman yang bakal jadi sesuatu yang tidak terlupakan seumur
hidupku. Mungkin akan menjadi cerita buat hari tua-ku nanti. Ya, semoga sajalah
aku masih dikasih umur panjang, kesempatan untuk menikmati roda dunia yang
berjalan laksana roller coaster.
Flashback story - 16 September 2016, tepat setahun lalu. Drama
perpisahan itu membuat perjalananku terasa berat. Pertama kali dalam hidupku
hingga hari ini aku membuat mereka menangis. How bad I am! But whatever it is,
hidup adalah pilihan dan aku sudah memilih. Jalani dan tidak untuk diratapi.
Pukul 11.40 PM waktu Kuala Lumpur; dengan penerbangan Air Asia D7 222
petualanganku dimulai. Boarding time 22.40 PM dan aku memilih untuk berada di
waiting room lebih awal. Hatiku terenyuh membayangkan tangisan itu dan dadaku
sesak! It really happened! Aku beruntung punya teman kecil yang menguatkanku,
Dia bersama keluarga kecilnya lah yang menemaniku beberapa sebelum
keberangkatanku hari itu. Thank you! I am so thrilled to have you all in my
life.
17 September 2016 - I am touch-down Kingsford, bandara
kebanggaan Sydney! Sebenarnya ini bukan pertama kali bagiku di tempat ini. 2
(Dua) tahun lalu tepatnya October 2014, aku sempat mampir berwisata di Negara
ini bersama si Partner in crime of travellingku yang setia bingit. Yeap...
Jangan pernah membandingkan dua perjalanan ini, karena itu akan berbeda,
BANGET! Kali ini perjalanan yang bisa aku bilang sebagai kegilaan, NEKAD!
Bagaimana tidak? See! Aku harus melepas kerjaanku yang sudah memberi
kenyamanan, fasilitas pekerjaan, salary yang membuatku bisa jalan-jalan hampir
setiap tahunnya untuk sesuatu yang tidak pasti. Ke Negeri Kangguru yang belum
jelas akan bagaimana aku menjalaninya. Sydney tidak lagi sekedar tempat
berlibur tetapi aku harus nyari way out apapun itu buat bisa survive. Tapi...
memang benar kata orang, walaupun segala sesuatunya masih terasa mengambang; at
least kamu mesti punya prinsip dan plan. Bagi aku... tidak membohongi diri.
Duit itu penting buat survive tetapi bukan segalanya. Karena sekarang aku
sedang hold on Work and Holiday Visa; it means aku mesti bisa bagi waktuku.
Everytime I get to work, I also should have time to relax. Disamping itu, dari
segala tujuan lainnya; aku ingin mengembangkan ilmu perpajakan yang aku miliki
sekarang. Namun untuk hal ini sirna karena selama keberadaanku disana dan
penantian itu, kelas tidak kunjung diadakan. Ya sudahlah... Jalani saja yang
ada.
Well! Rezeki anak soleh itu gak bakal kemana. Pertama kali
datang dan nyampe di Negara kangguru ini, aku dapat berkah tumpangan kurang
lebih sebulan di rumah saudara (at least dari ini aku bisa ada savingan buat
rent). Gila banget bok... biaya hidup disini benar-benar tergolong gede, nguras
kantong. Untuk income dari Indo buat jadiin expense di tempat ini bakal berasa.
Dua bulan pertama hampir dibilang gak punya saving, bahkan kepake modal aku. Ya
mau gimana lagi, secara duit buat opal dan phone card itu tetap perlu. Beberapa
minggu di tempat saudara itu juga setidaknya meringankan rasa rindu akan
keluarga. Suara cerianya keponakan memberiku semangat. I am really
blessed! Hari-hari pertama aku mulai cari kartu opal buat train dan kartu
telepon, Vodafone. Ya itung-itung yang bisa irit. Apa sajalah. Mulai ngeprint
CV-CV, mulai drop resume dari gumtree dan seek. Cari kerja di Ausie itu gak
seribet di Indo. Cuma sms doank kadang langsung dipanggil dan CV nya itu gk
perlu sampai berlembar-lembar. Bahkan kamu bisa print timbal baliknya,
benar-benar Go Green!

Jreng-jreng... 3 (Tiga) hari kemudian, berkah itu datang. Banyak
info mengenai lowongan kerja. Aku coba yang ditawarkan Yuki, teman seperjuangan
WHV buat jadi housekeeper. Monday, 19 September 2016, pertama kalinya aku ke
city dari KellyVille. Hmmm... lumayan berasa juga jauhnya. Pagi-pagi aku
berangkat setelah dapat petunjuk dari cici di hari sebelumnya, nunggu bus di
depan rumah. Ngendap-ngendap berusaha untuk tidak bersuara karena semua lagi
pada tiduran, aku keluar rumah. Udara dinginnya luar biasa nusuk.
Sembari menunggu, bercengkrama, tertawa, sesaat kami dipanggil
ke sebuah ruangan. Disana kami di-briefing bagaimana kerjaan seorang
housekeeper itu semestinya. Hmmm... dan ternyata hari pertama belum memihak
padaku. Aku dan salah seorang peserta lainnya disuruh pulang. What the hell!
Hanya gegara sepatu hitamku bergaris merah. Kejam ya! Tapi ya itulah yang mesti
aku terima. Namun Supervisornya masih mengingatkan untuk kembali besok pagi.
Ok... akupun berjalan keluar.
Belum mulai bekerja, belum dapat yang namanya salary pertama di
Australia, aku sudah harus mengocek kantongku; $6 untuk harga sepasang sepatu
yang akan menemaniku esok hari supaya kagak disuruh balik lagi. It seems a
simple thing tapi aturan tetap aturan, aku tetap harus menaatinya.
20 September 2016 - I get back to this place again. Kaki ini
melangkah menuju ruangan dibawah gedung Meriton Service Apartment. Disana kami
dibekali beberapa petunjuk tentang housekeeping, mulai dari cairan kimia yang
digunakan apakah itu bowl cleaner, toilet cleaner, glass cleaner hingga apa yg
semestinya dilakukan agar sebuah ruangan itu terlihat apik. Tantangan terberat
bagiku selama aku menjalani pekerjaan ini adalah BED arrangement! Super capek
dan gak pernah rapi! Aku masih jauh dan harus belajar dari inang Eva. 2 (Dua)
minggu pekerjaan ini aku jalani hingga pada akhirnya aku harus give up! Encok!
Tidak seperti yang aku bayangkan. Coba lihat mereka yang kerjaannya di hotel,
semuanya terasa menyenangkan bukan? Dibalik kesenangan itu, butuh fisik yang
kuat. Saat-saat bahagianya hanya datang ketika kita bisa menyelesaikan room itu
dengan baik, atau ada pesan yang menyemangati kita dari guest yang tertinggal
di meja kamarnya. Dari kerjaan ini, aku banyak belajar - Jangan pernah
meninggalkan ruang hotel dengan keadaan yang berantakan apalagi dengan toilet
yang menjijikan, apapun itu ceritanya. Kamu tidak akan pernah tahu penatnya dan
susahnya orang yang membersihkan karena setiap housekeeper itu punya tanggung
jawab ngebersihin ruangan dan dibayarnya itu sesuai dengan waktu yg sudah
ditargetin. Jadi kalo misalnya 1 ruangan mesti diselesaiin 45 menit dan baru
kelar setelah 1 jam, dibayarnya tetap 45 menit - Terus kalau misalnya dirimu
sudah akan check out, gak ada salahnya untung ninggalin short message buat
nyemangatin mereka yang ngebersihin ruangan itu, walaupun cuma tanda smile (gak
susah kan?).

Then aku sempat kerja di Sushi Jones, sushi cafe di daerah
Alexandria untuk Rabu dan Kamis. Awalnya sich aku enjoy apalagi setelah
pindahan ke daerah perkantoran di North Sydney dengan tambahan jam kerja yang
lumayan. But after couple weeks, I don't know why, jam kerja perlahan dicut
dengan alasan yang menurutku gak masuk diakal. Tapi baiklah... aku juga gak
pengen ambil pusing. Karena menurutku rezeki gk bakal kemana. Disini
benar-benar aku belajar; tidak semua orang Jepang itu ramah. Bahkan ada yang
sempat katain kita "Baka". Do you remember Erna??? It such un-polite
thing to say. Sepertinya cukup kita yang tahu ya.
Disaat yang bersamaan, aku uda sempat cabut dari Fish Market.
Tapi sebenarnya alasan cabut dari sini bukan karena kerjaan berat atau rekan
kerja. Bahkan disini hampir semuanya baik, hanya beberapa yang terkesan bossy.
But everything is okay. Aku cabut cuma karna gak tega... Geblek banget, gak
perlu dilanjutin dech. Then disaat yang bersamaan juga, aku sempat ditolak sebuah
restoran dengan alasan yang sebenarnya gak masuk akal. Di hari H cuma
dibilangin o... ternyata orang lamanya mau kerja balik. What kind of boss it
is??? Tapi orang itu tipenya beda-beda. Ya sudahlah, belum rezeki kali
ya...
Beberapa minggu aku sempat galau. Penghasilan sempat terhenti.
Di saat itu aku sudah harus nge-bayar rent. Sebenarnya duit ini masih cukup,
tapi jujur aku sempat frustasi. Kalo keadaan begini, sanggup gak ya??? Aku
hanya bisa nangis. Darling Harbour tau ceritaku karena ini tempat amanku duduk
di malam hari dan gak ada yang tau bahkan mengenalku kalau aku lagi
nangis.
Aku juga sempat kerja di Pepper Lunch. Disini aku ketemu
orang-orang yang baik, yang memberiku kesempatan melayani customer. Walaupun
itu tidak lama karena jam kerja yang tidak tepat, it's my pleasure to know them
over-there. Mereka orangnya baik-baik. Hal yang paling berkesan sekarang setiap
aku mengunjungi Pepper Lunch Indonesia adalah mengingatkanku bagaimana dulunya
aku lakukan hal itu.



Novita, masih ingat gak waktu kita ditegur barengan berdua hanya
gegara sous yang belum tertata selesai? Kita hanya dilumuti dengan kata
"Why??? Why??? Why???" Tanpa kita diberi kesempatan memberi
penjelasan. Aku masih ingat keselnya dirimu saat itu. Bahkan seolah-olah ada
aksi protes beberapa hari karena kekesalan itu. Lucu memang kalau diingat.
Sampai-sampai kita ngadain sesi curhat sampai jam 1 an dini hari di markas
McDonalds. Aku senang banget kalau sudah kerja barengan sama kamu... everything's
solved! Best partner selama kerja di Kobe and you will never be forgotten. Aku
kangen masa-masa itu. Thank you buat persahabatannya karena kita sudah lewati
malam tahun baru bareng, sharing bareng, cerita bareng. My best prayer for you
ever.
Merry... aku gak tau kamu masih ingat gak hal itu. Aku cuma
ingat kamu selalu bilang, "Tanty, gimana???" Dan berulang kali.
Gegara mereka-mereka yang mabok dan mengotori toilet itu dan memaksa kita harus
membersihkannya, mengocek berulang-ulang. Capek banget! Aku hanya ngebayangin
kalau itu hari pertama kamu begitu, apakah kamu akan menyerah??? Aku berharap
tidak. Kamu pasti bisa!!! Tapi jangan waktu ngebersihin toilet aja ya ingatnya
ke aku. You are such a nice friend to work with!
Kembali lagi, pada awal sebelum aku datang ke Negeri Kangguru
ini. Aku tidak hanya ingin kerja dan kerja. Aku harus belajar menikmati setiap
detik yang aku lalui. Kembali mengingat jenis Visa yang aku miliki, refresh
your mind after work. Aku menghabiskan setiap minggu di waktu yang ada untuk
meng-explore Sydney. Aku tidak pernah tahu berapa lama aku disini, aku tidak
pernah tahu apakah aku akan bisa kembali lagi.

Ada Tya yang super caring karena bawain kita buah-buahan dari
tempat kerjanya. Ada Robby yang always tell his story. Ada Monica dan Julica
yang super heboh. Ada Tina dan Merry yang kalem dan kadang serasa hilang
mendadak tanpa suara. Kalian itu super banget! Kapan-kapan kita mesti ngumpul
lagi.
Ada Silvia... she is such a good friend from Indo. Yang tetap
support when the first time aku disana. Thanks a lot ya.
Disini aku juga mengenal teman dari Argentina, yang memberi
banyak kenangan hanya dalam waktu sebulan. Memberitahu sepenggal cerita negara
tersebut, tentang culture, salsa bahkan mengenalkanku pada minuman khas negara
mereka, Mate. Minuman diantara sahabat. Ya, jarak ini sudah terlalu jauh
terpisah diantara kita dan tidak ada yang bisa memastikan pertemuan berikutnya.
Gracias amigo! Nice to know you. Till we meet again without know when?!
Aku juga sempat me-list beberapa tempat yang ingin aku kunjungi.
Biarpun tidak seluruhnya, Namun biarlah yang sudah itu tetap menjadi kenangan
terindah dan yang belum terlaksana itu menjadi mimpi. Percayalah! kalau dengan
adanya mimpi, kamu akan mengerahkan semua effortmu agar segalanya
terjadi.
Gulali itu rasanya manis;
Please jangan dimakan sampai habis;
Jika esok waktu semakin terkikis;
Ingatlah persahabatan ini yang takkan pernah menipis.
Xoxo
Love You