Genta waisak telah tiba. Tepatnya tanggal 22 Mei
2016 senandung nada-nada waisak akan berkumandang di bumi persada; menjadi
bagian terpenting dari sejarah perjalanan kehidupan Pangeran Siddharta,
mencapai Samma Sambuddha hingga Maha Parinibbhana. Keagungan beliau adalah
sebuah tauladan; meninggalkan segala kemelekatan duniawi bahkan Dharma adalah
sebuah harga mutlak yang tetap lestari oleh-Nya.
Waisak adalah sebuah momentum mengenang kembali 3 (tiga) peristiwa penting di
zaman kehidupan Sang Buddha.
1. Ia yang terlahir dari rahim seorang ratu Dewi Mahamaya, sebagai putera
kerajaan sakya dari Pangeran Suddhodana. Tepatnya 623 SM di bulan purnama
siddhi, seorang bayi yang kemudian berjalan seketika 7 langkah diatas bunga
teratai ke arah utara; Itulah Siddharta kecil yang terlahir bersih dan tanpa
noda. Lalu ia mengucapkan kata-kata :
"Aggo 'ham asmi lokassa,
Jettho 'ham asmi lokassa,
Settho 'ham asmi lokassa,
Ayam antima jati,
Natthi dani punabbhavo"
Yang artinya :
"Akulah pemimpin dalam dunia ini,
Akulah tertua dalam dunia ini,
Akulah teragung dalam dunia ini,
Inilah kelahiranku yang terakhir,
Tidak akan ada tumimbal lahir lagi bagiku"
2. Kemudian pada usia 35 tahun, Tepatnya 588 SM di bulan waisaka, Pertapa
Gotama mencapai Samma Sambuddha di bawah pohon Bodhi. Beliau yang penuh welas
asih dan kebijaksanaan telah melenyapkan segala belenggu kehidupan. Dari
keindahan istana, suguhan kenikmatan harta hingga mara yang timbul tenggelam
dalam prosesnya, beliau tersadar dan bangkit oleh teguhnya suara alam yang
menggema, dari perbincangan para penari yang berkata:
"Bila senar kecapi dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Jika
terlalu kencang, senar kecapi akan putus dan suara kecapi akan lenyap. Bila
senar kecapi dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Jika terlalu kendor,
maka lenyaplah... Suara kecapi itu"
Asa dan addhitana yang kuat telah mendorong Sang Buddha menyebarkan indahnya
Dharma di jagad raya. Selama 45 (empat puluh lima tahun); Yang Mulia, Yang Maha
Tahu menguraikan khotbah tentang kebenaran mulia; Dukkha, Asal Mula Dukkha,
Lenyapnya Dukkha, Jalan untuk melenyapkan Dukkha. Semua tidak terlepas karena
sebuah penyadaran tentang hidup adalah Dukkha, Anicca dan Anatta. Begitu
agungnya Sang Buddha, Guru agung junjungan kita.
3. Setelahnya dan kembali di bulan purnama siddhi di bulan Waisak; pada usia 80
tahun, 543 SM, Beliau terbaring sakit di antara dua pohon sala di kusinagara.
Beliau yang lemah kembali tetap menyebarkan dharma bahkan hingga Maha
Parinibbhana. Sungguh agung pengorbanan beliau. Tetap berjuang dalam jendela
Dharma.
Detik-detik Tri Suci Waisak 2560BE ditahun 2016 ini akan jatuh pada pukul
04.14.16. Bukan sorak sorai kemeriahan yang harus dilakonin tetapi lebih pada
sebuah perenungan akan kewaspadaan hidup, menyadari sepenuhnya hakekat Buddha
Dharma di Dunia melalui sebuah pelestarian yang kini mulai berdentang dalam
senandung gita.
Transformasi Mental dengan Damai dan Harmoni yang menjadi tema waisak tahun ini
diharapkan memberikan sebuah perubahan kepribadian yang mampu menjadi tolak
ukur sebuah perjalanan hidup yang lebih baik. Semoga keegoan perlahan terkikis;
rasa dengki, iri hanya tersisa dalam kata tanpa makna bahkan sirna dan tak lagi
mengelabui kehidupan yang penuh metta. Dan... Semoga demikian adanya.
Appamadena Sampadetha...
Happy Vesak... Happy in Dharma...
No comments:
Post a Comment