Thursday 11 June 2015

Save Life For Angeline

            Angeline… malaikat mungil yang menyayat kepedihan hati. Hampir sebulan putri ini menghilang dan ternyata ia kembali dengan kematian yang tragis. Seakan kehidupan ini akan segera sirna. Bagaimana mungkin seseorang dengan begitu tega melakukan hal sesadis ini terhadap hidup Angeline. Yang jelas; sepertinya apa yang diungkap oleh media benar adanya. Angeline pergi selamanya karena manusia yang dibutakan oleh harta.
            Sungguh memprihatinkan! Angeline… Nama yang begitu indah. Berasal dari Bahasa Perancis, Angeline bermaknakan Bidadari. Ya… bidadari kecil penyampai pesan Tuhan bahwa dunia telah bergejolak pada penurunan akhlak dan etika.
            Kronologis peristiwa Angeline banyak mencuak di media sosial, surat kabar atau pun pamflet pengumuman lainnya. Sempat muncul di media facebook yang kian marak saat ini, menjadi item share dari satu ke yang lainnya. Dan, penulis sempat mengabaikan pesan itu karena dikira hanya spam belaka. Ternyata… what the hell it is!
            Angeline yang dilaporkan hilang di pertengahan Mei 2015 saat bermain di depan rumahnya di daerah Sanur Bali ternyata berada tak jauh. Dan itu semua diketahui ketika misteri terkuak dengan penemuan jasad yang telah membusuk di bawah pohon pisang di belakang rumah keluarga angkatnya, keluarga yang telah mengadopsinya, yang sesungguhnya harus memikul tanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraannya. Bali damai telah berguncang dengan dramatis.
            Kasus Angeline setidaknya membuka mata hati kita untuk lebih peka terhadap lingkungan. Sering kali kita hidup dalam keegoisan, untuk saling tidak peduli. Miris memang ketika segalanya terlambat. Terlebih ketika kekerasan itu terjadi pada anak yang masih di bawah umur seperti Angeline. Saat dimana seharusnya orang-orang dapat bertindak lebih, harus diam menepi. Jujur ini merupakan sebuah kemerosotan kehidupan di negeri ini.
            Dari kepiluan ini, perlu sebuah pergerakan cepat. Jadikan peristiwa ini sebagai pembelajaran yang berharga terutama bagi Komnas PA, KPAI di Indonesia sebagai wadah melindungi hak para malaikat kecil. Masyarakat seperti kita harus semakin proaktif untuk mendukung kinerja para jajaran dan jangan lagi membiarkan mereka tersakiti. Jangan buat angeline-angeline lain dengan kisah seperti ini. Tak ada lagi kata yang cocok selain prihatin untuk peristiwa negeri ini.
            Biarkanlah anak-anak berkumpul dengan keceriaan dan kebahagian mereka sendiri; jangan melingkari mereka dengan kekerasaan. Karena hal itu akan rentan membuat mereka terjatuh dan sulit untuk bangkit. Mereka adalah human being yang perlu didikan, perlu pembenahan tetapi bukan penyiksaan. Anak kecil punya dunia yang indah. Look at their innocent face; sometimes there are amazing inside! They are the bearers of noble, for life… Mereka mungkin adalah pejuang masa depan yang memiliki mimpi luar biasa dan bahkan bisa jadi mereka adalah pohon yang kelak melindungi kita.
            Drama Angeline : Bali’s Missing Child telah berakhir dengan ending story yang terkutuk dan keji. Penulis bukan seorang hakim yang dapat menjustifikasi siapa pelaku dibalik kematian ini. Ibarat game media sosial yang saat ini mem-booming jagad raya; “Criminal case”. Biarkan aparat negara menjadi detektif untuk mengambil langkah lebih lanjut mencari komplotan yang menjadi dalang perbuatan ini. Bidadari kecil telah pergi, melangkah bersama Tuhan, mengawali kehidupan yang lebih abadi. Hanya boneka Barbie yang menemani; semoga bidadari ini terlelap dalam tidurnya yang panjang dengan alunan suara surgawi. Selamat jalan Angeline... God love you more than us!
(Tergugah dari Kisah Angeline, 12 Juni 2015)

No comments:

Post a Comment